• Stupider-Man.blogspot.com adalah blog diantara beribu-ribu blog yang mencoba untuk menjadi blog yang baik, lebih baik, lebih baik, lebih baik lagi, dan akhirnya menjadi yang terbaik "Do Better until you can Do The Best!"

    Wednesday, February 26, 2014

    Jan Koum - Pendiri WhatsApp "From Zero to Hero"

    Kiri Brian Acton ; Kanan Jan Koum
    Jan Koum, seorang imigran dari Ukraina, sangat miskin ketika bersama ibunya pindah ke Amerika Seikat (AS) pada 1992. lantaran tak punya uang, Koum yang ketika itu berusia 16 tahun bergantung pada jaminan sosial dan mengantre kupon makanan.

    Namun, kini nasib pendiri WhatsApp itu berubah drastis. Seiring akusisi WhatsApp oleh Facebook , dia menjadi miliarder baru dalam dunia teknologi informasi. Dengan kepemilikan saham 45 persen di WhatsApp, kekayaan Koum, sebagaimana ditulis Forbes mencapai USD6,8 miliar atau sekitar Rp80 triliun.

    Koum bukan orang yang lupa dengan sejarah hidup. Penandatangan kontrak akuisis WhatsApp dilakukan olehnya di sebuah gedung kosong. Ternyata di gedung itulah kenangan memilukan pernah dialami Koum karena dia dan ibunya kerap Antre kupon makan di kota Mountain View, Silicon Valley, California, AS. Kota itu pula yang menjadi kantor pusat WhatsApp. Koum mendeskripsikan masa remajanya sebagai pemicu masalah di sekolah. Untuk menyambung hidup, dia bekerja sebagai tukang sapu di toko makanan.


    Pria kelahiran 24 Februari 1976 ini masuk ke dunia teknologi informasi dengan belajar secara mandiri. Dia rajin membaca buku bekas yang di belinya hingga kemudian menuntut Ilmu di Universitas San Jose di Silicon Valley. Sambil kuliah, dia bekerja sampingan di Yahoo. Di perusahaan internet raksasa itu, Koum bertemu dengan Brian Acton yang lantas menjadi sahabatnya.

    Acton dianggap sebagai mentor oleh Koum yang selalu mengajarkan sikap “tidak omong kosong”. Acton dan koum meninggalkan Yahoo pada 2007. Selama satu tahun, mereka berkeliling ke negara-negara Amerika Selatan. Mereka juga pernah mengajukan lamaran ke Facebook, tetapi ditolak.

    Dibukanya layanan aplikasi Apple menciptakan peluang bagi Koum. Ide awalnya adalah membuat layanan pesan Smartphone yang terhubung dengan daftar kontak telepon. Untuk mengembangkan idenya. Koum mengajak Acton yang saat itu masih menganggur. Pada 2009, Koum dan Acton mendirikan WhatsApp yang diambil dari fase “WhatsApp?” tidak ada Iklan, tidak Ada permainan, tidak ada tipu muslihat”. Prinsip itu juga diaplikasikan di WhatsApp.

    WhatsApp berkembang pesat dan kini memiliki 450 juta pengguna. Para pakar menyebut jumlah pengguna WhatsApp mencapai 1 miliar pada 2016 mendatang. Meski pendapat tahunannya hanya USD20 juta, Facebook menghargainya dengan USD19 miliar saat mengakusisi WhatsApp.

    Koum tidak sendirian. Seperti dikutip dari Business Insider, ada nama-nama miliarder lain yang pernah merasakan pahit getirnya kehidupan. Kenny Troutt, pendiri Excel Communication, dulu harus membayar kuliah dengan bekerja sebagai agen asuransi.

    Lantas pada 1988, dia mendirikan perusahaan ponsel Excel Communications. Perusahaannya go public pada 1996 dan dua tahun kemudian bergabung dengan Teleglobe dengan nilai transaksi USD3,5 miliar atau Rp41 triliun. Kini, dia memilih pensiun.

    Pendiri Starbucks, Howard Schultz, tumbuh besar di permukiman kumuh. ”Saya tumbuh besar, saya selalu merasa seperti hidup di sisi perlombaan. Saya tahu banyak oang yang, memiliki kekayaan, banyak uang, dan keluarga bahagia," katanya kepada tabloid Mirror.

    Latar belakang kemiskinan itulah yang memicu kesuksesan hingga dia menjadi miliarder dengan kekayaan USD2 miliar atau Rp23,36 triliun. Selepas kuliah di Universitas Northern Michigan, dia memilih bekerja di Xerox. Setelah itu, dia mengakusisi sebuah kedai kopi dan diberi nama Starbucks. Dia menjadi CEO Starbucks pada 1987 dan kin tekah memiliki jaringan 16.000 kedai di seluruh dunia.

    Nama lain adalah investor ternama Ken Langone yang memiliki Kekayaan USD2,1 miliar atau Rp24, 52 triliun. Dia dilahirkan dari keluarga sederhana. Orang tuanya bekerja sebagai tukang ledeng dan pelayan kafe. Untuk membayar kuliah Langone di Bucknel University, orang tuanya terpaksa menggadaikan rumah. Pada 1968, Langone bekerja dengan Ross Perot di electronic data Systems (HP). Dua tahun kemudian, dia bermitra dengan Benard Marcus mendirikan Home Depot dan go public pada 1981.

    Lahir dari keluarga miskin di Mississippi, Oprah Winfrey kini menjadi ratu talkshow edngan kekayaan senilai USD2,9 milar atau Rp33,87 triliun. Pada usia 19 tahun, dia menjadi koresponden televisi. Kemudian pada 1983 dia memilih pergi ke Chicago dan bekerja untuk talkshow Am hingga kemudian di kenal dengan The Oprah Winfrey Show.

    Pengusaha keturunan Pakistan Shahid Khan dulu pernah bekerja sebagai pencuci piring dengan gaji USD1,2  pekerja itu dijalani ketika dia masih kuliah di Universitas Illinois. Kini, kekayaannya mencapai USD3,88 miliar dengan menjalankan Flex-N-gate.

    Ada juga Kirk kerkorian yang pernah harus putus sekolah dan terpaksa menjadi petinjau untuk keluarganya. Dia juga pernah bekerja di angkatan Udara kerjaan Inggris selama Perang Dunia II. Kini, dia memiliki resor dan hotel terbesar di Las Vegas.

    John Paul De joria Merupakan orang di belakang kesuksesaan Patron Tequila dengan kekayaan USD4 miliar. Siapa sangka bahwa pada usia 10 tahun dia terpaksa harus jual Koran untuk membantu keluarganya.

    Yang tak kalah menarik adalah pialang legendaries George Soros. Saat masih kuliah di London School Of economics, dia bekerja sebagai pelayan restoran dan tukang angkut barang di stasiun kereta di London. Kini, semua orang tahu siapa soros. Kekayaannya hingga September 2013 ditaksir mencapai USD20 miliar. (Koran SINDO//wdi)

    No comments:

    Post a Comment

    Designed By Rachman Hakim Seo Blogger Templates